Time
Doesn’t Heal Every Wound
Setiap luka membutuhkan waktu untuk bisa
sembuh. Tetapi waktu tidak bisa menyembuhkan semua luka.
“Time will heal every wound” adalah ungkapan yang sangat populer, yang
berarti waktu akan menyembuhkan segala luka. Terkadang ungkapan itu bisa jadi
benar, tetapi bisa jadi sebuah omong kosong. Karena tidak semua luka bisa
disembuhkan oleh waktu. Apalagi jika
luka itu berasal dari jenis psikosomatis. Luka atau rasa sakit yang timbul dari
emosi dan pikiran.
Beberapa sakit atau luka dalam tataran fisik memang dapat sembuh seiring
dengan waktu. Karena tubuh memiliki kecerdasan bawaan sehingga memungkinkan
untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Tetapi luka yang ditimbulkan oleh emosi dan
pikiran tidak bisa sembuh dengan sendirinya. Selain menjadi luka batin yang
bisa berubah menjadi trauma, emosi yang tidak diproses dengan baik akan
tersimpan dalam tubuh berupa penyakit yang tidak kita sadari penyebabnya. Otak
mungkin bisa melupakan peristiwa menyakitkan yang pernah terjadi di masa lalu.
Tetapi tubuh menyimpan emosi yang tidak diselesaikan. Selama ingatan dan emosi
itu belum di release, belum bisa diolah maupun diterima, kita masih terjebak
dalam luka dan penderitaan, tak peduli berapa lama waktu yang telah kita
lewati. Jika emosi dalam pikiran tidak diproses dengan baik, waktu tidak akan
menyembuhkan luka, justru luka yang akan tertimbun semakin banyak seiring
berjalannya waktu.
Selama kita masih terjebak dalam emosi yang belum sempat kita olah,
semesta akan cenderung menghadirkan penderitaan atau luka baru yang serupa
dengan luka lama. Seperti ketika kita mengerjakan soal ujian, dan kita tidak
menyelesaikannya dengan baik, maka kita akan disuruh untuk melakukan remidial,
alias mengulang kembali ujian dengan soal-soal yang serupa.
Emosi, rasa, adalah suatu bentuk energi yang tidak bisa dimatikan begitu
saja. Sebagaimana hukum kekekalan energi yang ditemukan oleh Albert Einsten,
energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Energi mengalir dari satu bentuk
ke bentuk yang lain. Semua rasa amarah, dendam, rasa malu, trauma, luka atau
apapun istilah yang kta sebut untuk melabeli peristiwa yang tidak menyenangkan
di masa lalu, akan berubah menjadi sebuah wujud dalam kenyataan kita sebagai
sesuatu yang tidak menyenangkan. Untuk itu, jika kita ingin sembuh dari luka
batin, kita tidak bisa memasrahkan waktu dan menguburnya dalam diam.
Luka adalah sinyal bahwa diri kita
butuh dirawat, didengar dan diperhatikan. Supaya bisa segera sembuh, sebaiknya
Jangan menahan emosi dan rasa sakit, tetapi biarkan emosi dan rasa sakit itu
mengalir melewati kita. Jangan sampai emosi dan rasa sakit mengambil alih
kesadaran kita sehingga nalar logis kita tidak bekerja. Penyembuhan bukan hanya
soal waktu. Tetapi tentang kesediaan kita untuk hadir kembali memeluk emosi
yang belum terselesaikan dan kembali terhubung dengan diri sejati yang tak
sengaja pernah terluka karena sudut pandang kita yang belum dewasa. Rasa sakit tidak selamanya bisa kita bius
sehingga kita lupa pernah terluka. Tetapi olah dan terimalah ia dengan
kesadaran yang lebih tinggi.
Komentar
Posting Komentar