jurnal Hati self Healing

 

Jurnal Hati Self Healing

 

 

Sepotong Kecil Pengakuan,

Sejak menjadi ibu baru, aku mulai belajar ilmu pemberdayaan diri dari manapun sumbernya. Awalnya dari rekaman suara yang dibagikan oleh Pak Arif RH di laman facebooknya beberapa tahun yang lalu, ketika video di youtube dan tiktok belum sepopuler sekarang. Darisana aku mulai banyak merenung, ternyata hidupku yang baik-baik saja, ternyata tidak sedang baik-baik saja. Banyak hal yang perlu dibenahi. Terutama dari sisi mengelola emosi.

Orang bilang, wanita seolah “terlahir kembali” ketika dia telah melahirkan dan menjadi seorang ibu. Ungkapan itu benar, karena secara fisik, mental dan spiritual, wanita akan mengalami perubahan signifikan. Ketika wanita menjadi seorang ibu, yang bersalin bukan hanya badannya, tetapi juga mental dan jiwanya.

Menjadi Ibu baru addalah tantangan terbesar yang pernah aku alami, karna semua harus dipelajari secara otodidak, learning by doing. Sebanyak apapun teori parenting yang pernah ku baca sebelumnya, rasanya berbeda ketika aku menjalaninya secaara langsung. Teori di buku selalu bicara di tataran idealis, tapi kenyataan yang ada dihadapan, tidak seideal itu. Ibu baru rawan mengalami baby blues, apalagi ketika kondisi sosial masyarakat tidak mendukung kesembuhan fisik dan psikisnya.

Banyak mitos tabu yang masih dipercaya oleh para tetua, yang dipaksakan juga untuk diterima oleh anak-anaknya. Peraturan yang harus dipatuhi oleh ibu bersalin amatlah ketat, seperti harus memakai kendit selama 40 hari selama bersalin, harus memakai bobok (bedak padat dari tepung beras putih) selepas mandi, tidak boleh memakan ikan, tidak boleh minum es, kakinya harus diikat ketika tidur, tidak boleh duduk dilantai sebelum walik dadah, dan lain sebagainya, (silahkan ditambah sendiri jika masih ada yang kurang, wkwkwk).

Mulai sejak itu, aku semakin benci pada diri sendiri. Apalagi jika bayiku menangis, ibuku akan langsung memarahiku, dan aku akan merasa menjadi ibu baru yang tak berguna. Segala yang aku lakukan di matanya selalu salah. Hanya karena aku melakukan kebiasaan yang tidak ia lakukan ketika ia melahirkanku dulu. Aku benci diriku, aku benci ibuku yang selalu marah-marah, aku benci bayiku yang sering menangis, aku benci suamiku yang ngga tahu harus ngapain.

Aku menjadi mudah terluka, tak bisa diajak bercanda, tak lagi mudah tersenyum. Dunia seolah mengolok-olokku, karena aku tak juga bisa lepas dari masalah ini. Aku lupa caranya untuk bersyukur, karena hatiku gelap. Untungnya, Tuhan yang maha baik tidak membiarkanku berlama-lama melewati situasi ini. Kemudian aku dipertemukan oleh banyak guru kehidupan yang mengajarkanku banyak hal tentang pemberdayaan diri, tentang mengelola emosi, tentang manifestasi. Sehingga sedikit demi sedikit aku pun berubah menjadi lebih baik.

Hal yang paling aku syukuri  dari diriku adalah keinginanku untuk terus belajar. Tidak bisa ku bayangkan diriku tanpa hasrat  itu. Aku belajar untuk terus membenahi diriku sendiri. Lewat proses yang panjang, yang tidak bisa aku ceritakan disini. Sampai ahirnya aku menemukan komunitas permata hati. Ya, kehadiranku disini adalah sebuah anugerah yang akan menjawab doa-doaku selama ini. Tentang hidup yang utuh, tentang kesembuhan holistik, tentang perjalanan jiwa, tentang misi hidup, tentang menerima luka dan mengenali diri lebih dalam. karna tiada peristiwa yang tidak mengandung hikmah, maka disinilah aku belajar.

 

Untuk Diriku,

Dear diriku, hari ini aku kembali menemuimu dengan kesadaran yang baru. Maafkan aku yang dulu pernah membencimu, hanya karna kamu tidak menjadi sosok ideal seperti yang aku lihat di kebanyakan orang. Maafkan aku jika dulu aku pernah mengecilkanmu, tanpa mau tahu betapa selama ini kamu telah berjuang keras untuk memenuhi tuntutan-tuntutanku..

Dear diriku, terimakasih karena selama ini kamu selalu mau menerima aku disaat semua orang sudah tidak peduli. Terimakasih sudah menjadi rumah yang sangat nyaman untuk jiwaku bertumbuh. Terimakasih telah mengajariku banyak hal yang tak bisa ku temukan di luar lingkaran kita. Terimakasih untuk mau selalu berproses bersama-sama.

Setelah tiga minggu praktik self healing dipermata hati ini, mari kita kembali menguatkan jalinan. Mari kita kembali menyatu dalam sebuah tarian sukacita. Mari kita kembali jatuh cinta berkali-kali dengan diri kita sendiri. Mari kita kembali menyadari bahwa kita adalah satu, kita adalah keutuhan yang tidak lagi boleh bercerai-berai.

Jauh sebelum mengikuti permata hati kita telah melewati banyak pengakuan tentang batasan, tentang apa yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Kali ini kita diingatkan lagi untuk saling menguatkan, jika kita sudah kuat, maka inilah saatnya untuk berbagi dan menguatkan jiwa-jiwa lain yang membutuhkan bantuan kita. Inilah saatnya dimana kita akan kembali mengaktualisasikan diri dengan kesadaran dan pemahaman yang berbeda. Inilah saat dimana kita akan memenuhi takdir yang sedang digariskan Tuhan untuk kita. Mari kita bersegera, saling memperbaiki dan saling menerima. Kita tidak tahu umur kita sampai dimana, kita tidak tahu kita akan hidup disini berapa lama. Maka, berjanjilah, selama kita hidup, disitulah kita akan menebar manfaat untuk banyak orang.

Diriku, aku berterimakasih padamu, aku menyayangimu, aku menyesal, maafkanlah aku.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Self-love Terbaikku

Jurnal Hati Golden Spiritual