Jurnal Hati Golden Spiritual

 



Jurnal Hati  Golden Spiritual

Praktik Canting dan Meditasi

 Pertama kali membaca tugas materi jurnal hati yang kedua, yaitu Golden Spiritual, aku menemukan Aha moment. Ya, ahirnya aku menemukan sesuatu yang selama ini aku cari. Aku speechless, karena ahirnya menemukan kepingan puzzle yang setelahnya aku bisa segera naik level.

Sekumpulan tehnik riyadhoh yang selama ini ingin aku kerjakan, tapi belum menemukan guru yang tepat, ternyata diajarkan disini. Seperti chanting, meditasi, dan membasuh kaki. Sejak dulu hatiku bertanya “Gimana sih caranya?”, dan setelah menyimak zoom yang kedua pertanyaanku terjawab. “Oh, ternyata begini caranya”, “Oh ternyata begini rasanya”

Setelah melakukan pembersihan, bersih diri dan bersih jiwa seperti yang diajarkan oleh Ibu direktur Permata Hati, Coach Zakiyah Darojah, aku merasa seperti energi kembali terisi. Seperti HP yang full recharge. Efeknya badan menjadi segar, dan fikiran terasa ringan. Bahkan, malam hari yang aku biasa tidur jam 10-11 malam, setelah praktek di hari pertama, aku baru bisa tidur di jam 1 dini hari. Ku isi waktuku itu dengan mengedit video di capcut, hobi baru yang belakangan ini aku geluti.

Setiap habis solat subuh, aku mulai praktik canting. Di awal-awal, prosesnya terasa lama. “Duh, ini tasbih kayak berasa lama muternya, enggak selesai-selesai” batinku waktu itu. Ketika pertama praktek meditasi, punggungpun terasa pegal, karena harus duduk dengan tegak, sebuah posisi yang jarang aku gunakan ketika duduk. Kaki yang kebas kesemutan, dan fikiran yang sering melayang kemana-mana. Ternyata, bisa sesusah itu mengosongkan pikiran jika kita tidak terbiasa. Hehehe..

Pengalaman berkesan datang ketika aku mulai terbiasa canting setelah selesai sholat subuh. Rasanya seperti candu menyebut nama Allah dan bersalawat kepada Nabi Muhammad. Sambil bershalawat aku bayangkan tengah duduk di Roudhoh, di depan makam beliau. Suasana pagi yang hening, dan dingin seperti suasana malam di Timur Tengah. Tanpa terasa air mataku menetes, mengingat Tuhan. Semoga Allah perkenankan suatu saat untuk aku bisa berada disana.

Di hari ke tujuh praktek meditasi, aku mulai mudah merasa tenang dan hening. Meski belum bisa lama, tapi sangat terasa ada sesuatu yang mengalir diantara kedua alis mata, lalu naik ke kepala dan turun menuju tulang sum-sum, lalu menyebar ke area punggung. Sensasi ini terasa dingin dan menyegarkan. Bahkan kadang saking nyamannya, terasa kantuk menyerang. Meski kesadaran sempat hilang sebentar karena terbawa kantuk, ketika kembali membuka mata, badan kembali terasa segar seolah-olah aku sudah tidur lelap lama sekali.

 

Praktik Sholat Sadar dan Ridho Pada Keadaan.

Ketika mulai melakukan praktik sholat sadar, sejujurnya aku merasa sedikit kewalahan. Ternyata tidak sesederhana itu melakukan sholat dengan sadar. Banyak gangguan yang berasal dari dalam diri seperti kebiasaan menunda-nunda salat, bisingnya pikiran, dan masalah-masalah sepele yang justru bermunculan ketika salat. Belum lagi gangguan yang berasal dari luar salat seperti anak-anak yang kadang tidak sabar jika ditinggal  sholat lama-lama, dan sederet aktifitas dunia nyata yang mengantri untuk segera diselesaikan. Memang tidak mudah, tapi setidaknya aku mencoba. Dulu, aku sering lupa rakaat ketika salat. Alhamdulillah, setelah praktik canting dan meditasi, intensitas lupa rakaat salat mulai berkurang.

Selain itu, aku merasakan bahwa aku lebih mudah tersentuh dan lebih mudah menangis. Utamanya ketika tiba-tiba mengingat tentang kebaikan Allah. Pernah di satu sesi meditasi, ketika aku benar-benar sendirian di rumah karena suami yang sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah, aku meditasi hingga airmataku bercucuran. Saat itu aku merasa Allah begitu baik kepadaku, yang ku dengar dari suara hatiku hanyalah ucapan syukur yang sebelumnya tak pernah terlintas dalam pikiranku.

“Ya Allah, Aku berterima kasih kepadaMu karna Engkau telah memilihkan untukku peran hidup menjadi orang baik.. Telah memberiku hidup yang baik, orangtua, pasangan dan anak-anak yang baik.. Sehingga aku mampu merasakan semua kebaikanMu melimpahi hidupku. Bahkan, semua kebaikan yang aku lakukan adalah KebaikanMu yang Engkau gariskan melalui diriku, sehingga aku bisa meneruskan kebaikanMu kepada hamba-hamba Mu yang lain..  Ya Allah, Terimakasih karena tidak pernah membiarkanku berjalan sendirian.. “ Begitu ucapku dalam hati dengan airmata yang tak berhenti berderai.

Selanjutnya hanya ada perasaan damai dan tenang. Perasaan sukacita mendalam yang terasa seperti aku telah mendapat jaminan bahwa apapun yang ku inginkan pasti Allah akan kabulkan. Tapi disaat yag sama aku menyadari bahwa yang paling aku inginkan dalam hidup adalah keridloaan Tuhan. Saat itu, rasanya, Makkah dan Madinah dekat saja.. Saat itu rasanya, jika harus meninggal dunia di detik itupun aku rela dan bahagia.

Untuk praktek ridlo terhadap semua keadaan, aku sudah mencoba berlatih sejak lama. Karena praktik ridlo tidak bisa dilatih dalam waktu sebulan dua bulan, tetapi berlangsung sepanjang hayat di kandung badan. Aku sangat mensyukuri bisa bergabung di Komunitas Permata Hati, karena komunitas ini sudah menjadi support system yang sangat baik bagi para membernya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Selama dua bulan bergabung dalam komunitas, aku semakin menemukan diri yang sejati. Keinginan untuk ziarah ke ruang dalam, sudah sangat lama terpendam. Tapi selama ini aku merasa belajar dan berjalan sendirian.

Uniknya, sekarang aku menemukan banyak celah untuk semakin selaras dengan human design yang aku punya. Banyak petunjuk yang tiba-tiba datang, dan aku merasa lebih peka untuk membacanya. Seperti laman media sosialku yang tiba-tiba muncul tentang life path number, tentang human design, tentang matrix, seolah-olah semesta sedang menunjukkan, ‘ini loh, dirimu, ini loh karaktermu, ini loh kekuatan dan kelemahanmu, ini loh peran hidup dan tujuan hidupmu. Jadi, tidak usah susah-susah menjadi orang lain dan mengikuti standard sukses yang diciptakan oleh mereka. Karena kamu unik, kamu membawa misi penting, jadi kamu harus hidup sesuai dengan apa yang Tuhan mau, bukan apa yang orang-orang mau’.

Perjalanan ini masih panjang, masih ada banyak kepingan puzzle yang harus ditemukan. Tetapi dengan kita memahami diri, ketika kita mampu mendengar bisikan semesta dan panggilan jiwa yang datang menuntun Langkah kita, Insyaallah, segala kesulitan akan terasa mudah, jalan menjadi terang dan lapang dan kita semakin utuh dan bahagia menjalani kehidupan.

"Ketika panggilan jiwamu berbisik, jangan abaikan suaranya. Di sanalah Tuhan menitipkan arah, dan di sanalah cahaya emas spiritual membimbing langkahmu menuju keutuhan diri."

*****

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru Self-love Terbaikku