Guru Self-love Terbaikku
Guru Self-love Terbaikku
“Akar dari semua kesembuhan lahir
batin adalah pemaafan dan penerimaan terhadap diri sendiri. Tanpanya, obat
paling mujarab pun hampir tak ada gunanya”
(oleh : Veya)
Selama 33 tahun aku
hidup di dunia ini, autoimun adalah guru terbaik yang mengajariku arti
mencintai diri sendiri. Aku, yang tanpa ku sadari memiliki banyak kebencian
terhadap diri sendiri, telah memberi sinyal kepada semesta untuk mengundang
guru besar berupa autoimunitas Bernama psoriasis untuk masuk kedalam
hidupku.
Psoriasis adalah kondisi dimana sel-sel
kulit menumpuk dan menghasilkan bercak bersisik yang terasa gatal dan perih. Psoriasis
terjadi karena adanya peradangan pada kulit. Peradangan kemudian menyebabkan
kulit bersisik, menebal, terasa gatal, serta mudah mengelupas. Psoriasis
sendiri diduga disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan, faktor gen, alergi
pada makanan tertentu, juga efek samping dari obat-obatan tertentu. Penyebab
pastinya belum diketahui, yang jelas psoriasis ini disebabkan karena
autoimun tubuh menyerang sel-sel kulit yang sehat.
Bukankah menjadi sebuah
funfact yang miris, Ketika sistem
imun sebagai sesuatu yang menjadi pelindung, menjadi penjaga, yang bertugas
melindungi diri dari penyakit, malah berbalik menyerang diri sendiri dan
menjadi penyakit?. “Kok bisa…?!” batinku saat itu, saat dokter spesialis
kulit memvonis gatal-gatal dan kemerahan yang ada di tubuhku adalah psoriasis.
Sudah tak terbilang
berapa kali aku berobat, mulai dari berobat medis sampai non medis (baca;
dukun). Sudah tak terhitung saran yang masuk ke telingaku dari para sahabat,
tetangga dan saudara. Mulai dari saran untuk menghindari makanan yang
mengandung protein seperti seafood, ikan, daging, ayam, sampai anjuran
untuk memakan daging kadal, bahkan daging anjing. Mulai dari mengoles salep ke
hampir seluruh bagian tubuh yang gatal, mengoles minyak biawak yang amisnya
bukan buatan, sampai mandi dedaunan pohon klampis dicampur daun sambiloto yang
pahitnya naudzubillah. Mulai dari mengonsumsi obat-obatan untuk alergi kulit,
meminum ramuan herbal dari daun brotowali yang dicampur habbatussauda’, meminum
ekstrak gamat timun laut, meminum produk
MLM yang mahalnya semakin bikin kanker (kantong kering) sampai meminum
pil ular dari China yang justru membuat nafsu makan meningkat sampai hampir
obesitas.
Semua usaha yang pernah
aku lakukan tidak membawa kesembuhan, tapi justru membuat ku semakin membenci
diri sendiri. Aku bahkan pernah sampai pada fase membenci Tuhan dan memprotes
takdirNya.
“Tuhan… katanya
Engkau Maha Kuasa, tapi kenapa sesusah ini bagi-Mu untuk menyembuhkan
penyakitku?”
Keluhku waktu itu.
Tapi setelah peristiwa
itu, aku menyesal karena takut kualat sama Tuhan. Jadilah aku menangis minta
ampun karena telah menyepelekan kuasaNya. Aku shalat taubat dan memohon
petunjuk supaya diberi kemudahan untuk mencapai kesembuhan. Rasanya, dalam hati
aku ingin menjerit, “Han… Aku tu kepingin sembuh, tapi aku nggak punya duit,
aku tu nggak pengen nyusahin Bapak dan Ibu yang harus selalu ngeluarin duit
buat ngobati penyakitku!” Duh, Gusti.. mohon maafkan aku karena pernah
sekurangajar itu padaMu.
Sampai suatu Ketika aku
menemukan FB Bro Nusa Wibawa yang sudah lama aku follow sebelumnya. Pas,
saat itu beliau sedang membuka sesi konsultasi online . Beliau mempersilakan
teman-teman FBnya untuk mengirim foto terbaru. Nah, dari foto tersebut beliau
bisa menscan atau membaca kondisi orang yang ada di dalam foto.
Tanpa pikir panjang aku
mengirim foto terbaruku ke Wa-nya. Lalu ku ceritakan kepadanya bahwa aku
memiliki autoimun. Jawabannya, sangat tak terduga olehku. Aku lupa bagaimana
persisnya, tetapi kurang lebih begini jawaban yang bisa aku ingat. “Mbak Veya
punya penolakan terhadap diri sendiri. Autoimun ini bisa muncul karna kebencian
terhadap diri dan kurangnya rasa penerimaan terhadap diri sendiri.”
Aku baru tahu, autoimun yang ku derita berasal dari self-loathing (benci terhadap diri sendiri). Bukan karena faktor gen, karena ketularan jamur, atau diguna-guna orang. Ternyata masalahnya ada dalam diriku sendiri. Dan akar dari semua kesembuhan lahir batin adalah pemaafan dan penerimaan terhadap diri. Tanpanya, obat paling mujarab pun tak ada gunanya.
“Coba ingat-ingat
memori buruk yang pernah membuatmu sakit hati. Nah, ketika tubuhmu bereaksi
dengan memunculkan rasa sakit atau rasa tidak nyaman, coba sentuh dan belai
dengan lembut, lalu katakan “Maafkan aku, aku mencintaimu.” Imbuhnya dalam
pesan WA.
Aku mulai mempraktekkan
nasehat ini. Efeknya memang tidak langsung terlihat, sakitku tidak serta merta
sembuh dalam waktu singkat, tapi perlahan-lahan aku mulai belajar memaafkan dan
memperluas penerimaan terhadap diri. Jalanku untuk mencari kesembuhan fisik
ternyata berlanjut pada kesembuhan batin. Sebelum aku mendapatkan tubuh yang
sehat, aku harus menyehatkan batinku terlebih dahulu.
Dulu aku sangat
membenci autoimun ini, tapi sekarang aku sangat berterima kasih. Jikalau bukan
karena autoimun ini, aku tidak akan belajar mencintai diri sendiri sampai
sedalam ini. Sekarang aku sudah tidak membenci diri sendiri, aku sudah tidak
membenci Tuhan, aku tidak membenci keadaan. Sekarang aku senang, gembira, bahagia
dan selalu ada solusi atas tantangan yang Tuhan beri. Karena dibalik semua
tantangan selalu ada hikmah yang bisa kita ambil selagi kita bersedia belajar
dan menerima segala ketentuanNya.
****
Komentar
Posting Komentar